Kamis, 27 Desember 2012

Tulisan vs Pikiran

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Banyak hal yang ingin saya tulis. Tapi setiap kali ingin mengetikkan kata-kata, selalu saja ada pernyataan yang menyeruak. "Tulisan ini seperti curhatan", "Mau buka aib sendiri?", Dan banyak lagi... Sepertinya pernyataan itu, berdiri disekeliling pikiranku. Membatasi.

Hal negatif-positif bertarung didalamnya. Anggaplah ini sebuah ring. Yang menang, itulah yang akan keluar dengan kata lain dipublish. Tapi dipublish pun tidak secara langsung. Butuh ronde ke dua, ketiga hingga cukup untuk menyakinkan diri. Seperti ada ketakutan.
Takut kalau-kalau tulisan ini akan membuatku kemudian pamer.
Takut kalau-kalau tulisan ini tidak bermanfaat.
Takut kalau-kalau, orang yang ngebaca postingan ini berkata "orang ini sok banget sih..."
Takut kalau ini salah
Takut kalau ini hanya bagian dari kemunafikan

Dengan berbagai sudut pandang tersebut, yang ternyata sudut pandang tersebut hanyalah sudut pandang negatif saja. *Yang sebenarnya menjadi faktor pengoreksi. Hal yang penting untuk diperhatikan yakni, manfaat ato nggak untuk akhiratmu, dunia ato akhirat. Dan kembalikan pada Pemilik Ilmu.

Bingung. Pikiran itu bagaikan mobil balapan, yang berpeluang akan bertabrakan. Kebingungan ini membuat pena tumpul tidak konsisten. Terlalu banyak dan tidak dapat dikendalikan. Seperti hanya akan menulis " hbkd svyeb kfAHJLEG FGYhjg sdug rifhjk nsvij vby tewu fikna sklNLS JRF SHLh dsgfiwu hfbfs thew qie38y3 BDN BSJH Geuhe jrkjo wepq fhire oour bvhuiw hwei uhfw7 hrbfihvnk refhk vsn jhbsdji wefbq jvbjsfhiw jhsbjfa"

Satu hal yang terpintas dari semua kekacauan pena tumpul, adalah sebuah sentilan. Sepintas Ingatan  yang kemudian membuyarkan dari kekacauan. "Riya'".

Yang saya tahu pada awalnya -itu pun dikasitau- riya' itu adalah perbuatan yang bermaksud untuk dilihat, untuk diperhatikan, untuk dipuji, dan yang sejenis itu. Ternyata itu hanya sepotong dari pengertian riya', kawan.

Kegiatan, aktifitas, amalan yang baik dan perbuatan baik, urung dilakukan karena kita merasa akan riya'.  Hal ini tentunya mengurangi perbuatan baik, amalan baik, dan perbuatan yang bermanfaat. Padahal jika hal tesebut baik mengapa kita tidak melakukannya. Dengan membiasakan diri untuk melakukan hal yang baik membuat kita terhindar dari riya'. Pada awalnya memang susah, butuh kesabaran, butuh ilmu yang banyak, butuh instrokpeksi yang sering, butuh agak cuek terhadap anggapan negatif orang, butuh do'a, dan tentunya butuh ridhanya Allah.

Dan pena tumpul juga kena teguran secara halus dari sebuah buku "ROH" yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Aljauziya -Semoga Allah swt merahmatinya- berbunyi:
"Dalam cahaya kesadaran itu dia melihat, sekiranya dia melaksanakan amal-amal orang-orang yang mendapat beban kewajiban -berupa kebajikan- tentu dia merasa hina di sisi keagungan Allah swt dan apa yang harus dipenuhinya sesuai dengan keagungan Wajahnya dan kekuasaan-Nya. Ini hanya sekedar amal yang berasal darinya. Lalu bagaimana jika hal itu merupakan karunia dan kebajikan Allah swt yang dilimpahkan kepadanya menurut kehendak-Nya? Sekiranya Allah tidak menghendakinya, tentu dia tidak mendapatkan rahmat dan karunia itu. Pada saat itulah dia tidak melihat bahwa amal-amalnya berasal dari dirinya. Allah swt juga tidak menerima amal, jika pelakunya melihat bahwa amalnya itu murni berasal dari dirinya, hingga dia melihatnya semata karena taufik Allah swt yang dianugrahi kepadanya, karunia dan rahmat-Nya, bahwa amal itu berasal dari Allah bukan berasal dari dirinya. Sebab yang berasal dari dirinya hanyalah keburukan dan sebab-sebabnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berceloteh.. ^_^